Cara
menanggulangi bahan kimia pada saat darurat yaitu :
Respon terhadap tumpahan bahan kimia atau buangan lain mungkin
mengandung banyak kegiatan yang berbeda dan mungkin terkait dengan
syarat peraturan yang bermacam-macam.
Kegiatan dan prosedur respon juga tidak akan terduga tergantung dari
sifat alamiah dan jumlah bahan yang terbuang. Bila perusahaan
menyimapan bahan kimia dalam jumlah besar yang dikirim dengan tempat
yang besar (truk tanker atau kereta), maka harus disiapkan tindakan
untuk merespon insiden atas bahan dalam jumlah besar. Bahan yang
terbuang dalam jumlah besar mungkin memerlukan evakuasi perusahaan,
tempat tumpahan, dan pembersihan dan pembuangan bahan sisa limbah.
Jumlah bahan yang terbuang dalam jumlah kecil mungkin hanya memerlukan
sedikit persiapan lanjutan.
Secara umum, prosedur tanggap darurat harus ditargetkan untuk bahan
kimia yang disimpan dalam tangki besar atau digunakan secara luas di
perusahaan, dengan persyaratan terdapat semua pelaporan peraturan yang
spesifik pada saat terbuangnya bahan kimia, dan pada bahan berbahaya
yang akut, walaupun dalam jumlah kecil. Apakah insiden mengandung
tumpahan bahan berbahaya atau terbuangnya gas atau uap, koordinasi
masyarakat merupakan hal yang kritis bila terbuangnya bahan kimia
mungkin memiliki dampak keluar perusahaan. Karenanya, perusahaan yang
mungkin mengalami terbuangnya bahan kimia dengan potensi berdampak
keluar perusahaan harus memiliki suatu mekanisme dalam memberikan
peringatan dini yang memberitahukan bangunan tetangga dan masyarakat.
Menggunakan sensor dan detektor kebocoran bahan kimia yang tepat dapat
membantu memberikan peringatan dini saat terjadi terbuangnya bahan kimia.
Pelepasan atau kecelakaan dalam waktu cepat yang melibatkan bahan
kimia berbahaya dapat menjadi ancaman bagi karyawan
perusahaan,masyarakat, dan lingkungannya. Persiapan-persiapan ini
harus menjamin bahwa prosedur yang efektif dilakukan untuk
mengendalikan setiap potensi keadaan darurat akibat bahan kimia ini.
Rencana ini memberikan alat bantu yang penting untuk mengevaluasi
bahaya bahan kimia di perusahaan dan menjamin cara-cara yang tepat
ditempat untuk mengontrol bahan kimia tersebut pada situasi darurat.
Rencana ini juga dimaksudkan untuk membantu perusahaan untuk
mengembangkan prosedur tanggapan darurat atas bahan kimia. Saat
mengembangkan prosedur-prosedur ini, perusahaan harus memperhatikan
peraturan setempat yang mungkin mengharapkan kegiatan respon khusus
dan pemberitahuan pada lembaga setempat yang berwenang. Prosedur yang
mungkin perlu dikembangkan oleh perusahaan mungkin berbeda tergantung
dari bahan kimia yang digunakan.
Pengendalian bahaya-bahaya bahan kimia menyangkut manajemen resiko dan
prosedur tanggap darurat. Kegiatan manajemen resiko memainkan peran
penting dalam pencegahan kecelakaan terlepasnya dan keadaan darurat
bahan kimia.
A. PERSYARATAN
Kecelakaan atau lepasnya bahan kimia dapat menimbulkan situasi yang
mengancam karyawan, masyarakat, dan lingkungan. Persyaratan yang
mengarah pada bahaya kimia merupakan cerminan dari bahan kimia yang
digunakan di perusahaan. Suatu proses dua langkah harus dilakukan
untuk menggambarkan bahaya bahan kimia:
(1) Identifikasi dan evaluasi bahan kimia dan
(2) Menjamin adanya peralatan untuk mengendalikan bahaya bahan kimia.
Penggambaran ini akan membantu perusahaan dalam mempersiapkan dan
menanggapi dengan benar keadaan darurat yang melibatkan bahaya bahan
kimia.
B. EVALUASI BAHAYA BAHAN KIMIA
Semua bahan kimia di perusahaan harus dievaluasi untuk menentukan
beragamnya efek bahan – bahan tersebut dalam kondisi buruk, seperti
suatu keadaan darurat atau tumpahan/buangan. Untuk mengerjakan
evaluasi bahaya bahan kimia, perusahaan pertama kali harus menentukan
bahan apa yang ada didalamnya. Kemudian, harus diidentifikasikan
bahaya yang berhubungan dengan setiap bahan kimia. Informasi bahaya
bahan kimia harus dievaluasi dengan membandingkan kuantitas dan
potensi resiko dari suatu keadaan darurat akibat bahan kimia tersebut.
Metode ini akan membantu perusahaan untuk mencapai target aktivitas
perencanaan keadaan darurat bahan kimia.
Perusahaan pertama kali harus mengembangkan Daftar Bahan Kimia Yang
Disetujui, yang memuat daftar bahan kimia yang sedang digunakan atau
disimpan di perusahaan. Untuk setiap bahan kimia pada Daftar Bahan
Kimia Yang Disetujui, Formulir Identifikasi dan pelacakan Bahan Kimia
harus diisi yang mengidentifikasikan nama bahan kimia, lokasi
penggunaan atau penyimpanan, perkiraan kuantitas, dan kelas bahan
kimia (seperti mudah terbakar, korosif, radioaktif, beracun, dan
lain-lain. Formulir ini termasuk informasi bahaya bahan kimia dan
respon terhadap bahan kimia.
Perusahaan harus menggunakan lembar data keselamatan bahan (MSDS) yang
berlaku dan pelabelan bahan kimia untuk menentukan bahaya yang terkait
dengan setiap bahan kimia. Lembar data keselamatan bahan (MSDS) harus
mudah dijangkau oleh karyawan sebagai acuan pada saat terjadi keadaan
darurat bahan kimia. Semua wadah bahan kimia (seperti tangki, drum,
botol, pipa, dll.) harus diberi label dengan benar. Label-label ini
harus diberi nama bahan kimia dan peringatan akan bahaya yang cepat.
Identifikasi wadah dan peringatan yang benar merupakan kesatuan dari
tanggap darurat atas buangan bahan kimia.
C.P3K ATAS KERACUNAN
Cara pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) terhadap korban yang
terkena bahan toksik, secara garis besar adalah sebagai berikut :
* Bila bahan kimia terhirup, maka bawa korban ke lingkungan dengan
udara bersih.
* Bila bahan kimia masuk mata, cuci bersih dengan air mengalir
terus menerus selama 5-10 menit.
* Meminumkan karbon aktif untuk menurunkan konsentrasi zat kimia
dengan cara adsorpsi.
* Meminumkan air untuk pengenceran.
* Meminumkan susu untuk menetralkan dan mengadsorpsi asam atau
basa kuat dan fenol.
* Untuk memperlambat atau mengurangi pemasukan racun maka dapat
diberikan garam laksania (hanya boleh dilakukan oleh Paramedis!!!)
(MgSO4, Na2SO4) yang akan merangsang peristaltik dari seluruh saluran
pencernaan sehingga efek osmotik akan memperlambat absorbsi air dan
membuat racun terencerkan.
* Jika keracunan sudah agak lama, maka korban dibuat muntah untuk
mengosongkan lambung, dengan pemberian larutan NaCl (garam dapur)
hangat. Tetapi hal ini tidak diperbolehkan untuk korban yang masih
pingsan atau keracunan deterjen, bensin, BTX (Benzene, Toluen,
Penanganan dan Pemusnahan Bahan Kimia Tumpahan
Disamping metoda-metoda yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa jenis
tumpahan bahan kimia sisa yang perlu mendapatkan perlakuan khusus sebelum
dibuang keperairan. Bahkan diantaranya perlu dimusnahkan sebelum dibuang.
Diantara bahan-bahan kimia tersebut antara lain ;
1. Tumpahan Asam-asam Anorganik
Tumpahan asam-asam anorganik seperti HCl, HF, HNO
3, H
3PO
4,
H
2SO
4 haruslah diperlakukan dengan penanganan khusus.
Bahan tumpahan tersebut permukaannya ditutup dengan NaHCO
3atau
campuran NaOH dan Ca(OH)
2 dengan perbandingan1:1. Selanjutnya
diencerkan dengan air supaya brbentuk bubur dan selanjutnya dibuang kebak
pembuangan air limbah.
Basa Akali dan Amonia
Tumpahan basa-basa alkali dan ammonia seperti amonia anhidrat, Ca(OH)
2,
dan NaOH dapat ditangani dengan mengencerkannya dengan air dan dinetralkan
dengan HCl 6 M. Kemudian diserap dengan kain dan dibuang.
3. Bahan-Bahan Kimia Oksidator
Tumpahan bahan-bahan kimia oksidator (padat maupun cair) seperti amonium
dikromat, amonium perklorat, asam perklorat, dan sejenisnya dicampur dengan
reduktor (seperti garam hypo, bisulfit, ferro sulfat) dan ditambahkan sedikit
asam sulfat 3 M. selanjutnya campuran tersebut dinetralkan dan dibuang.
4. Bahan-Bahan Kimia Reduktor
Tumpahan bahan-bahan kimia reduktor ditutup atau dicampurkan dengan NaHCO
3
(reaksi selesai) dan dipindahkan ke suatu wadah.. Selanjutnya kedalam campuran
tersebut ditambahkan Ca(OCl)
2 secara perlahan-lahan dan air (biarkan
reaksi selesai). Setelah reaksi selesai cmpuran diencerkan dan dinetralkan
sebelum dibuang ke perairan.
Untuk pemusnahan bahan reduktor (seperti Natrium bisulfit, NaNO
2,
SO, Na
2SO
2) dapat dipisahkan antara bentuk gas dan padat.
Untuk gas (SO
2), alirkan kedalam larutan NaOH atau larutan kalsium
hipoklorit. Untu k padatan, campurkan dengan NaOH (1:1) dan ditambahkan air
hingga terbentuk slurry. Slurry yang terbentuk ditambahkan kalsium hipoklorit
dan air dan dibiarkan selama 2 jam. Selanjutnya dinetralkan dan dibuang ke
perairan.
Sianida dan Nitril
Tumpahan sianida ditangani dengan menyerap tumpahan tersebut dengan
kertas/tissu dan diuapkan dalam lemari asam, dibakar, atau dipindahkan kedalam
wadah dan dibasakan dengan NaOH dan diaduk hingga terbentuk slurry. Kemudian
ditambahkan ferro sulfat berlebih dan dibiarkan lebh kurang 1 jam dan dibuang
keperairan.
Pemusnahan sianda dapat dilakukan dengan cara menambahkan kedalamnya larutan
asa dan kalsium hipoklorit berlebih dan dibiarkan 24 jam. Selanjutnya dibuang
ke perairan.
Untuk tumpahan nitril, ditambahkan NaOH berlebih dan Ca(OCl)
2.
setelah satu jam dibuang keperairan. Cuci bekas wadah dengan larutan hipoklorit.
Pemusnahan nitril dilakukan dengan menambahkan kadalamnya NaOH dan alkohol.
Setelah 1 jam uapkan alkohol dan ditambahkan larutan basa kalsium hipoklorit.
Setelah 24 jam dapat dibuang ke perairan.